Minggu, 19 Juli 2020

Materi Al Islam Kelas 4 (Pelajaran 1)

Ilmu Tajwid

Tajwid (bahasa Arabتجويدtranslit. tajwīd‎) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan,[1] tajwid berasal dari kata jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an maupun bukan.

Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf) [2]shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan), dan al-Khat al-Utsmani.

Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat Al-Qur'an. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca Al-Qur'an adalah fardu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukalaf atau dewasa.

Adapun dalil dalil yang mewajibkan membaca Al-Qur'an dengan tajwid antara lain:

  1. ada pun dalil yang pertama diambil dari Al-Qur'an. Allah swt berfirman yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)” [QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
  2. yang kedua dalil as sunah (hadis). Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi S.A.W.), ketika dia ditanya tentang bagaiman bacaan dan salat Rasulullah S.A.W., maka dia menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. salat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika dia salat tadi, kemudian Baginda kembali salat yang lamanya sama seperti ketika dia tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika dia salat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadis 2847 Jamik At-Tirmizi).
  3. yang ketiga adalah dalil ijma ulama. Telah sepakat para ulama dari zaman Rasulullah sampai zaman sekarang, bahwa membaca Al-Qur'an dengan bertajwid adalah sesuatu yang fardu dan wajib.

Hukum mim dan nun tasydid[sunting | sunting sumber]

Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajibal ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).

Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ

Hukum alif lam makrifah[sunting | sunting sumber]

Alif lam makrifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal/awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam makrifah yaitu kamariah dan syamsiah.

Alif lam kamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah (ء), ba' (ب), jim (ج), ha' (ح), kha' (خ), 'ain (ع), ghain (غ), fa' (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha' (), dan ya' (ي). Hukum alif lam kamariah diambil dari bahasa Arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.

Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta' (ت), tha' (ث), dal (د), dzal (ذ), ra' (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل), dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

Hukum idgham[sunting | sunting sumber]

Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:

  1. Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ - yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ
  2. Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ - yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba' bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha' bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
  3. Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ - yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta' dan tha, lam dan ra' serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ

Hukum mad[sunting | sunting sumber]

Mad berarti melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far'i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.

Hukum ra'[sunting | sunting sumber]

Hukum ra' adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra' dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.

Bacaan ra' harus ditebalkan (tafkhim) apabila:

  • Setiap ra' yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
  • Setiap ra' yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
  • Ra' berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
  • Ra' berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra' tadi berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ

Bacaan ra' yang ditipiskan (tarqiq) adalah apabila:

  • Setiap ra' yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
  • Setiap ra' yang sebelumnya terdapat mad lain.
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
  • Ra' mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ

Bacaan ra' yang harus ditebalkan (tafkhim) dan ditipiskan (tarqiq) adalah apabila setiap ra' yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti'la'.

Contoh: ﻓِﺮْﻕ

Isti'la' (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha (خ), ghain (غ), shad (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).

Kalkalah[sunting | sunting sumber]

Kalkalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf kalkalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf kalkalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba' (ب), jim (ج), dan dal (د). Kalkalah terbagi menjadi dua jenis:

  • Kalkalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf kalkalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena wakaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
  • Kalkalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf kalkalah itu dimatikan karena wakaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, kalkalah dilakukan apabila bacaan diwakafkan tetapi tidak dikalkalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِﻋَﻟَﻖٍ

Makhraj huruf[sunting | sunting sumber]

Sifat huruf[sunting | sunting sumber]

Wakaf[sunting | sunting sumber]

Wakaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis wakaf yaitu:

  • ﺗﺂﻡّ (taamm) - wakaf sempurna - yaitu mewakafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya;
  • ﻛﺎﻒ (kaaf) - wakaf memadai - yaitu mewakafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya;
  • ﺣﺴﻦ (Hasan) - wakaf baik - yaitu mewakafkan bacaan atau ayat tanpa memengaruhi makna atau arti, tetapi bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya;
  • ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) - wakaf buruk - yaitu mewakafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwakafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

Tanda-tanda wakaf[sunting | sunting sumber]

  1. Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Wakaf Lazim, yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
  2. tanda tho (  ) adalah tanda Wakaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
  3. tanda jim (  ) adalah Wakaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
  4. tanda zha (  ) bermaksud lebih baik tidak berhenti;
  5. tanda sad (  ) disebut juga dengan Wakaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada wakaf sad;
  6. tanda sad-lam-ya' ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari "Al-washl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewakafkannya adalah lebih baik;
  7. tanda qaf (  ) merupakan singkatan dari "Qiila alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwakafkan;
  8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari "Qad yuushalu" yang bermakna "kadang kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
  9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti;
  10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;
  11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti wakaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), tetapi harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;
  12. tanda Laa (  ) bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak;
  13. tanda kaf (  ) merupakan singkatan dari "Kadzaalik" yang bermakna "serupa". Dengan kata lain, makna dari wakaf ini serupa dengan wakaf yang sebelumnya muncul;
  14. tanda bertitik tiga ( ... ... ) yang disebut sebagai Wakaf Muraqabah atau Wakaf Ta'anuq (Terikat). Wakaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

surat al adiyat

Surah Al-'Adiyat terdiri atas 11 ayat dan tergolong surah makkiyah, surat ini diturunkan setelah surah Al-'Asr. Nama Al 'Aadiyat diambil dari kata Al 'Aadiyaat yang artinya berlari kencang yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Pokok-pokok isinya: Ancaman Allah SWT kepada manusia yang ingkar dan yang sangat mencintai harta benda bahwa mereka akan mendapat balasan yang setimpal di kala mereka dibangkitkan dari kubur dan di kala isi dada mereka ditampakkan.

Terjemahan[sunting | sunting sumber]

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

  1. Demi kuda perang yang berlari kencang terengah-engah,
  2. dan kuda yang memercikkan bunga api (dengan pukulan kuku kakinya),
  3. dan kuda yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi,
  4. sehingga menerbangkan debu,
  5. lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.
  6. Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya,
  7. dan sesungguhnya dia (manusia) menyaksikan (mengakui) keingkarannya;
  8. dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.
  9. Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan,
  10. dan apa yang tersimpan di dalam dada dilahirkan?
  11. Sungguh, Tuhan mereka pada hari itu Mahateliti terhadap keadaan mereka.

Surat Al Zalzalah

Surah Az-Zalzalah (bahasa Arab:الزلزلة) adalah surat ke-99 dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan tergolong pada surat Madaniyah. Surat ini diturunkan setelah surah An-Nisa'. Nama Az-Zalzalah diambil dari kata Zilzaal yang berarti 'goncangan' dan terdapat pada ayat pertama surat ini.

Terjemahan[sunting | sunting sumber]

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

  1. Apabila bumi diguncangkan hingga gempar,
  2. serta bumi mengeluarkan hal-hal yang terpendam dari dalamnya,
  3. sehingga manusia mengatakan: "Ada apa dengan ia?"
  4. pada Hari itu ia menjelaskan riwayatnya;
  5. karena sungguh Tuhanmulah yang kelak memerintahkan ia.
  6. Pada Hari itu umat manusia bermunculan dari kubur dalam keadaan berkelompok-kelompok, supaya diperlihatkan kepada mereka; berbagai amal mereka,
  7. barangsiapa yang memperbuat kebaikan seukuran zarrah, maka kelak orang itu akan mendapati hal tersebut,
  8. sedangkan barangsiapa yang memperbuat kejahatan seukuran zarrah, maka kelak orang itu akan mendapati hal tersebut

surat Al Qadr

Surat Al Qadr yang tergolong kedalam surat Makkiyah yakni, termasuk surat-surat pendek terdiri dari 5 ayat yang menjelaskan tentang malam Lailatul Qadar. Allah SWT menjelaskan keberadaan malam Lailatul Qadr sekaligus juga memberikan gambaran didalamnya.

Agar kamu semakin giat beribadah dan memiliki motivasi yang tinggi untuk mempersiapkan diri berjumpa dengan malam Lailatul Qadr, berikut makna Surat Al Qadr ayat 1-5 tentang kemuliaan malam Lailatul Qadar. Surat ini biasanya dibacakan di malam-malam terakhir saat salat tarawih.

Walaupun tergolong sebagai surat pendek, Surat Al Qadr ayat 1-5 sering dijadikan sebagai panduan untuk memahami keistimewaan malam Lailatul Qadr. Allah SWT berfirman dalam surat tersebut dengan menggambarkan keadaan malam Lailatul Qadr yang sangat mulia karena pada malam itu, malaikat turun ke bumi untuk mendengar doa-doa manusia.

Berikut bunyi Surat Al Qadr ayat 1-5 beserta terjemahannya:

نَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (٣) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْر (٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ – ٥

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam Qadr itu? (yaitu) malam Qadr itu lebih baik dari malam seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.”

Tugas    :

1. Melafalkan Surat Al 'Adiyat, Al Zalzalah, dan Al Qori'ah (di video)

2. Menyalin Surat diatas pilih salah satu (di buku Al Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran Guru dalam Pergeseran Khittah Pendidikan

  Pendidikan merupakan aset berharga bagi kemajuan suatu negara. Sebagaimana telah dikemukakan para ahli bahwa pendidikan merupakan tanggu...